Puisi Aprinus Salam
Sebuah puisi bertengger di sebuah ayunan.
“Jika kau menulis tentang kong guan, di mana batas dirikuatau tentang teknik menambal ban, di mana pinggiran yang kaumaksud, atau kadang kau berbicara tentang celana, gudeg, humorhumor hambar yang kau tertawakan, di mana kau sembunyikan diriku.”
Menoleh ke kiri dan ke belakang. Berayun gamang.
“Sambil bercengkrama di hutan, kau bermain dengan kata-kata, memasang angka-angka, dari barat hingga timur, dari kardoba hinggaslemania, filsafat kau kunyah seperti kerupuk. Lidahmu tak pernah kelu, selalu saja ada yang salah.”
“Entahlah. Kalian hanya merasa, bersanding di jalan yang terhubung entah ke mana, berpikir ada jembatan terbuka di depan.”
“Aku lahir dari rahim yang penuh, seperti mutiara yang tak sudah, membakar kedunguan, ke ujung fantasi yang belum terbahasakan.Aku moksa bersama kata-katamu. Kini, aku sendirian di benak kepalamu.”
Ayunan terhenti. Sunyi menyergap.
Foto oleh Pille Kirsi dari Pexels